Pentingnya Kaderisasi

KADERISASI NAFAS IKATAN



Perkaderan adalah bagian yang paling penting dalam ikatan. Kader-kader yang terbina melalui proses perkaderan ikatan, akan menentukan arah dan masa depan ikatan. Baiknya hasil perkaderan bisa dipastikan masa depan ikatan yang cerah. Demikian juga sebaliknya, buruknya hasil perkaderan maka sudah pasti masa depan suram menanti ikatan. Maka, Perlu kiranya bagi setiap Leader/instruktur memperhatikan Isyarat al-Quran berikut:

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S An-Nisa’ : 9)

Ayat ini memberikan peringatan kepada umat islam (baca: Ikatan) agar mempersiapakan kader-kader yang akan melanjutkan estafet untuk tercapainya tujuan dari Ikatan. Dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) terdapat beberapa komponen dan jenjang perkaderan sebagai upaya untuk transformasi dan  regenerasi yang akan mengantarkan ikatan pada tujuannya. Komponen dan jenjang perkaderan IMM tersebut adalah:

Komponen Pra Perkaderan
Komponen ini berfungsi untuk mengenalkan dan memasyarakatkan IMM sekaligus sebagai sarana rekruitmen anggota serta sebagai persiapan untuk memasuki perkaderan utama. Komponen pra perkaderan disebut dengan Masa Ta’aruf (Masta).
\
Komponen Perkaderan Utama
Komponen ini bersifat wajib dan merupakan komponen pokok perkaderan IMM. Komponen ini bersifat mengikat dan secara struktural menjadi prasyarat tertentu. Perkaderan utama ini terdiri dari tiga level perkaderan yaitu:
Darul Arqam Dasar (DAD),
Darul Arqam Madya (DAM), dan
Darul Arqam Paripurna (DAP).

Komponen Perkaderan Khusus
Komponen ini untuk mendukung Koponen Perkaderan Utama dengan pendekatan-pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan kecakapan khusus. Komponen perkaderan khusus terdiri dari :
Latihan Instruktur Dasar (LID)
Latihan Instruktur Madya (LIM)
Latihan Instruktur Paripurna (LIP)

Komponen Perkaderan Pendukung
Yaitu komponen perkaderan yang dilaksanakan untuk meningkatkan potensi kader sesuai dengan minat, bakat, ketrampilan, keahlian dan kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan proses kaderisasi ikatan. Komponen perkaderan pendukung dilaksanakan secara integral dengan pelaksanakan aktivitas dan program organisasi itu sendiri.  Komponen perkaderan pendukung terdiri dari :

Pertama Perkaderan Pendukung Pokok Adalah perkaderan yang dilaksanakan secara sistematik yang diatur, dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing bidang. Sebagai contoh : Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Kewirausahaan, Pelatihan Penelitian dan penulisan karya Ilmiah, pendidikan wanita dan lain-lain.

Kedua Perkaderan pendukung tambahan Adalah semua bentuk dan proses kaderisasi yang tidak diatur secara khusus (terbuka dan bebas). Sebagai contoh adalah kelompok studi, penokohan kader, forum kajian dan lain-lain.

Komponen dan jenjang perkaderan ini adalah untuk mempersiapakan kader-kader yang kuat untuk masa depan ikatan, sesuai dengan isyarat yang diberikan oleh Allah dalam surah an-Nisa ayat 9 diatas. Bukan hanya itu, masih banyak ayat lain yang memberikan isyarat tentang pentingnya kaderisasi. Diantaranya isyarat untuk membentuk kelompok dalam menjalankan Amar ma’ruf nahi mungkar seperti yang terdapat dalam surah Ali Imran ayat 104 berikut:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan. Menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

Dalam menjalankan Amar ma’ruf nahi mungkar perlu disiapkan kader-kader yang siap berdakwah dengan kapasitas yang mumpuni dan itu perlu pembinaan dalam proses perkaderan di Ikatan.  Ayat-ayat tersebut diatas memberikan isyarat tentang pentingnya kaderisasi dan regenerasi dalam islam (baca:ikatan). Kader yang siap berada di garda terdepan dalam memperjuangkan kepentingan Ummat di berbagai bidang. Dengan kata lain, kaderisasi merupakan proses pembinaan generasi baru yang siap melanjutkan visi dan misi Ikatan.
Begitu pentingnya kaderisasi ini, maka tak aneh bila Nabi SAW, sangat peduli dalam pembinaan kader-kader muda sebagaimana yang tersirat dalam sabda beliau:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Sesungguhnya Allah benar-benar kagum pada pemuda yang tidak terdapat penyimpangan (dalam dirinya).” (H.R Ahmad dari ‘Uqbah ibn ‘Amir)

Dalam proses kaderisasi ada hal yang paling penting untuk diperhatikan oleh para Instruktur dalam setiap level perkaderan. Yaitu amanat yang disampaikan dalam al-Quran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ - كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ الَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat - Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Q.S. As-Shaf: 2-3)

Maksudnya adalah pentingnya figur yang akan di contoh oleh para calon-calon kader dan kader-kader baru dalam men-transfer nilai-nilai dan identitas-identitas ikatan. Jangan sampai dalam perkaderan Instruktur itu hanya tukang teriak atau tukang suruh saja tetapi tidak berbuat. 

Sebagai contoh dalam perkaderan Darul Arqam Dasar (DAD) yang sudah-sudah, ketika waktu shalat sudah masuk para instruktur memerintahkan para peserta DAD untuk melaksanakan shalat berjamaah, tapi sebagian instruktur hilang tidak ikut shalat berjamaah. Anggapan awal mungkin instruktur bergantian shalat berjamaahnya karena ada hal yang harus dikerjakan namun itu terpatahkan bahwa instruktur yang shalat berjamaah itu-itu saja (itupun bolong-bolong) yang sebagian lain tak pernah terlihat shalat berjamaah dengan peserta. Itu baru shalat wajib, apalagi shalat lail. Hanya IOT yang selalu ikut shalat malam yang lainnya tidak. Nah, dalam kasus ini kader-kader disini (Pekanbaru) membutuhkan Instruktur dan Kakanda/Ayunda yang lebih senior untuk dijadikan figur yang akan di contoh. Maka, sangat diperlukan Instruktur-instruktur yang bisa dijadikan uswah al hasanah, dan pentingnya bagi para instruktur untuk mencontoh Rasulullah sebagai Instruktur terbaik sepanjang sejarah. Lihatlah kader-kader yang ditempa oleh rasulullah di Darul Arqam. Disana lahir kader-kader tangguh seperti Abu Bakar, Utsman, Ali, Umar, dll.

Menamakan komponen perkaderan utama dalam IMM dengan Darul Arqam bukan tanpa alasan, tetapi yang di inginkan oleh ikatan adalah lahirnya kader-kader yang luar biasa seperti lahirnya kader-kader Darul Arqam dimasa Rasulullah SAW. Sehingga identitas IMM yang tertuang dalam Tri Kompetensi Dasar (Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas) benar-benar bisa dikenali. Ketika khalayak melihat seorang kader berbicara, berbuat/bertindak, bersikap tanpa disebutkan mereka tahu bahwa ini adalah kader IMM. Walau tidak memakai Jas Merah Maroon mereka tahu bahwa ini adalah kader intelektual Muhammadiyah dikalangan mahasiswa.

Harapan kedepan adalah para instruktur jangan hanya memberikan contoh, karena semua bisa memberikan contoh. Tetapi instruktur harus menjadi contoh, paling tidak selama berlangsungnya Kegiatan-kegiatan perkaderan (walaupun yang dikehendaki bukan hanya diwaktu kegiatan perkaderan).

Daftar Bacaan
Muhammadiyah untuk semua karya ayahanda Din Syamsudin
Sejarah Lengkap Rasulullah Karya Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi jilid 1
Sirah Nabawiyah karya Syaikh Syafiurahman
SPI IMM
Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka jilid II
Tafsir Tematik Kemenag tentang pembangunan Generasi Muda

Komentar